Saya termasuk orang yang belibet ketika berbicara 
Saya bahkan merasa sangat susah sekali untuk menjelaskan apa yang saya pikirkan dan apa yang ingin saya katakan. Saking banyaknya hal yang saya pikirkan, semakin saya menggebu gebu ingin mengatakan hal itu, tetapi semakin belibet bicara saya.
Saya menyadari satu hal, penyebab nya adalah karena saya jarang didengarkan.
Jika saya ingin membicarakan sesuatu, saya merasa tidak ada yang mau mendengarkan. Awalnya dimulai dari memendam semua hal yang ingin saya katakan.
Karena saya tidak pernah didengarkan, saya tidak tahu bagaimana rasanya didengarkan.
Saya terlalu sibuk mendengarkan orang lain sampai saya menyadari bahwa saya sangat jarang didengarkan.
Padahal banyak sekali hal yang ingin saya sampaikan, saya hanya butuh pendengar yang baik dan tertarik dengan apa yang saya sampaikan.
Tetapi ternyata tidak ada yang tertarik, jadi saya memendam semua nya sendiri.
Itulah yang saya sadari mengapa bicara saya suka belibet.
Ternyata karena tidak tau rasanya didengarkan, dan terlalu sibuk mendengarkan.
" Untuk apa mengatakannya? Orang lain juga tidak akan mendengarkannya. "
Itu kata yang sering keluar dipikiran saya ketika ingin mengatakan sesuatu.
Karena saya tidak pernah didengarkan, maka semakin jarang pula saya berbicara, itulah kenapa ketika ada yang mau mendengarkan saya dan banyak nya hal yang saya pikirkan, sekalinya berbicara saat saya sampaikan selalu belibet.
Karena tidak terbiasa berbicara, hal yang ingin saya sampaikan jadi tidak terstruktur.
Kira-kira begitulah.

Saya bahkan merasa sangat susah sekali untuk menjelaskan apa yang saya pikirkan dan apa yang ingin saya katakan. Saking banyaknya hal yang saya pikirkan, semakin saya menggebu gebu ingin mengatakan hal itu, tetapi semakin belibet bicara saya.
Saya menyadari satu hal, penyebab nya adalah karena saya jarang didengarkan.
Jika saya ingin membicarakan sesuatu, saya merasa tidak ada yang mau mendengarkan. Awalnya dimulai dari memendam semua hal yang ingin saya katakan.
Karena saya tidak pernah didengarkan, saya tidak tahu bagaimana rasanya didengarkan.
Saya terlalu sibuk mendengarkan orang lain sampai saya menyadari bahwa saya sangat jarang didengarkan.
Padahal banyak sekali hal yang ingin saya sampaikan, saya hanya butuh pendengar yang baik dan tertarik dengan apa yang saya sampaikan.
Tetapi ternyata tidak ada yang tertarik, jadi saya memendam semua nya sendiri.
Itulah yang saya sadari mengapa bicara saya suka belibet.
Ternyata karena tidak tau rasanya didengarkan, dan terlalu sibuk mendengarkan.
" Untuk apa mengatakannya? Orang lain juga tidak akan mendengarkannya. "
Itu kata yang sering keluar dipikiran saya ketika ingin mengatakan sesuatu.
Karena saya tidak pernah didengarkan, maka semakin jarang pula saya berbicara, itulah kenapa ketika ada yang mau mendengarkan saya dan banyak nya hal yang saya pikirkan, sekalinya berbicara saat saya sampaikan selalu belibet.
Karena tidak terbiasa berbicara, hal yang ingin saya sampaikan jadi tidak terstruktur.
Kira-kira begitulah.